Senin, 13 Februari 2012

Vaksinasi Sebelum Naik Haji

Supaya perjalanan ke Tanah Suci dalam rangka menunaikan Ibadah Haji berjalan dengan baik dan lancar, ada baiknya beberapa hal dipersiapkan. Persiapan tentu bukan sebatas pada persiapan batin, namun juga fisik, agar jamaah haji bisa menunaikan rukun Islam kelima ini dengan hati yang tenang dan stamina tubuh yang prima.

Jika batin dan fisik benar-benar dipersiapkan, tentu perjalanan jauh yang sangat melelahkan akan terasa membahagiakan dan rangkaian ibadah yang panjang tetap bisa dilakukan dengan kekhusukan yang dalam. Berikut ini adalah beberapa tips persiapan sebelum berangkat naik haji. Semoga berguna.




Memenuhi Kewajiban Vaksinasi

Arab Saudi merupakan negara epidemis penyakit meningitis atau radang otak. Inilah salah satu penyakit yang dikhawatirkan menular di kalangan jamaah haji. Ingat, penyakit ini bahkan juga dapat ditularkan kepada keluarga di Indonesia.

Penyakit meningitis (radang otak) disebabkan oleh kuman Neisseria meningitidis dan menjadi penyebab kesakitan dan kematian. Jamaah haji yang datang ke Mekah juga berasal dari negara-negara Sub-Sahara Afrika yang merupakan daerah Meningitis belt. Perlindungan terhadap meningokokus diperlukan untuk menghindari terjadinya penularan antar jamaah haji di Mekah dan mencegah pembawa penyakit (karier) setelah kembali lagi ke negara asalnya.

Jamaah haji Indonesia umumnya belum mempunyai kekebalan alamiah yang didapatkan secara pasif terhadap meningokokus, sehingga jamaah perlu memperoleh vaksinasi meningitis. Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi, sejak tahun 2002 telah mewajibkan negara-negara yang mengirimkan jamaah haji untuk memberikan vaksinasi ini.

Departemen Kesehatan RI menyatakan, bahwa vaksin ini halal dengan pertimbangan faktor efektivitas vaksin (berkhasiat), mutunya terjamin yang ditunjukkan adanya izin edar dari Badan POM (registrasi), dan sesuai fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Vaksin ini diberikan gratis kepada jamaah haji di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), subdit haji dan puskesmas juga tempat-tempat lainnya yang telah ditunjuk.

Masa efektifnya 10 sampai 14 hari setelah diberikan. Selain vaksin rutin seperti polio, measles, mumps, rubella, tetanus, diphteria, dan pertussis, vaksin influenza, vaksin hepatitis A, hepatitis B, dan typhoid juga disarankan.

Vaksin influenza bersifat “opsional”, mengingat jamaah haji Indonesia rata-rata berusia lanjut dan merupakan penderita penyakit kronis. Perubahan suhu yang ekstrim di Mekah mengakibatkan kekebalan tubuh jamaah haji dapat menurun, sehingga virus influenza sangat mudah menular melalui udara atau kontak langsung dengan penderita, apalagi dalam kondisi yang padat dan berdesak-desakan. Saat jamaah tiba di Tanah Suci dan tidak memiliki sertifikat vaksinasi, petugas dari Arab Saudi akan menyuntik jamaah jika dibutuhkan, jamaah akan terisolasi dan di bawah pengawasan medis selama 6 hari, serta menuruti resep dari pemerintah Saudi. Jamaah akan dibebaskan dari vaksiansi hanya jika memiliki paspor dari negara Islam.

Memeriksakan kondisi kesehatan

Sebelum berangkat, jamaah haji perlu memeriksakan kesehatan di Puskesmas atau dokter keluarga, untuk mengetahui kondisi kesehatannya secara cermat. Bila sakit harus segera diobati. Bila sakit menetap, misalnya menderita sakit gula atau tekanan darah tinggi, dokter juga dapat memberikan bekal obat dan cara-cara mengelola sakitnya selama dalam perjalanan ibadah haji.

Untuk kaum hawa, disarankan untuk mencatat periode menstruasi beberapa bulan sebelum keberangkatan dan berkonsultasi pada Dokter ahli kandungan/gynekolog, jika ingin mengatur/mencegah haid selama pelaksanaan Ibadah Haji dengan menggunakan obat atau pil KB.

Menyiapkan kebugaran fisik. Selama masa persiapan menuju keberangkatan ke Tanah Suci, selain memperhatikan asupan gizi, suplemen dan pola makan, olahraga rutin atau aklimatisasi seperti berjalan kaki cepat dan melakukan jogging ringan juga sangat diperlukan untuk menjaga stamina. Memperbanyak latihan jalan hingga beberapa kilometer juga perlu sebab beberapa ibadah melibatkan kegiatan fisik seperti Thawaf, Sa´i dan melempar Jumroh, yang membutuhkan kegiatan berjalan berkilo-kilo meter jauhnya.

Untuk Anda yang sudah berusia lanjut (>50th) cukup melatih diri dengan berlajan santai setiap pagi. Jogging sebaiknya dihindari karena berpotensi terjadinya cedera tulang. Olah raga ringan ini sebaiknya dilakukan paling tidak tiga bulan sebelum keberangkatan.

Tidak terlalu lelah menjelang keberangkatan. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan pribadi hendaknya dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan, sehingga cukup waktu untuk istirahat menjelang keberangkatan.

Di masyarakat kita, ada kebiasaan mengadakan serangkaian acara syukuran dan pamitan yang kadang memerlukan waktu berhari-hari, dana yang tidak sedikit, dan menguras tenaga dan fisik. Ada baiknya, Anda idak menyibukkan diri dengan acara pesta sebelum keberangkatan haji dan mengharuskan diri berziarah ke makam sanak famili atau orang-orang saleh. Menurut Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc dalam Syariah Kajian Utama di blog pribadinya, hal semacam itu tidak dicontohkan dalam kehidupan Nabi Mohamad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum.

Bila Anda ingin tahu lebih jauh mengenai persiapan haji, silakan untuk menghubungi kami, Prima Saidah Travel. Insya Alloh kami akan berikan informasi detail mengenai hal tersebut.

[rg@2012]


===== ONH Plus, Umrah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar